Jumat, 16 Mei 2008

BLUSEDO,BLUES FROM JOGJA


halo apa kabar semua.......(fidi pinjam foto blusedo diatas ya)
ini cerita tentang sebuah groub rock dari jogjakarta.awal terbentuk di tahun 1995.
Habis pentas di akademi akuntasi aa yo,
ivan cari gitaris baru
dari hasil obrolan sambil cari audisi sang gitaris
maka terbentuklah sebuah groub band dan di beri nama blusedo
awal terbentuk langsung sukuran potong tumpeng dilanjutkan camp cipta lagu for mayor
di salah satu villa di kaliurang.
Dengan personil Ivan(vokal) ,Bullay/Teguh(gitaris),Tato(bas),Fidi(drum).
dan aku di todong langsung menjadi menager group rock ini,
Pentas awal sebagai pembuka groub GIGI.dan selanjutnya PENTAS di berbagai event
dengan membawakan lagu band TOP luar EXTREM
salah satu pentas yang berkesan adalah ikut mendukung acara RABU ROCK
HASIL OLAHAN ACARA G-Indie Radio Geronimo Yogyakarta.
Konsep pementasan Blusedo dengan menggabungkan mini orkestra(dgn mas mamik Slamet) seorang tokoh seniman kota jogja
dengan sedikit sentuhan biola di lagu starway to heaven-nya LED ZEPPELIN.
terakhir PENTAS sebelum mereka sibuk sendiri-sendiri,
pembuka groub rock Asal semarang POWER SLAVE
(gitaris andre sekarang di BOOMERANG) tempat pentas di JAKARTA FAIR.
dan kini beberapa personel blusedo masih saling memberi kabar.....e-mail
dan suatu saat pasti bisa kumpul lagi tuk sekedar hanya kangen-kangenan

blusedo info:

bagusjeha@yahoo.com
hp:0812-262728-58




Buntut Pentas Djogja Alternative
* Musisi Muda Yogya BerangYogya, Bernas
Pentas panggung musik Jogja Alternative yang nyaris rusuh di Sporthall Kridosono Sabtu (22/3) malam lalu, ternyata berbuntut. Sejumlah musisi muda Yogya berang atas kejadian itu.

Mereka tak puas dan merasa dirugikan penyelenggara, dalam hal ini Nusindo Produktama (Lobert Agung), dan berharap agar promotor jangan hanya cari untung.
Untuk membahas kasus yang sempat membawa korban seorang musisi terpaksa dilarikan ke RS, sekitar 20 musisi muda, Senin (24/3) lalu mengadakan pertemuan mendadak. Para musisi muda Yogya yang sebagian besar turut mengisi pentas itu mengadakan dialog di markas Studio Trax, Jalan Perumnas Mundu 239 B Mundu Yogyakarta.
Seperti diberitakan Bernas Senin (24/3), gelar pentas musik Djogja Alternative yang melibatkan 11 grup lokal Yogya tersebut rusuh. Kecuali itu Sandy, gitaris sekaligus vokalis kelompok GAS, terpaksa dilarikan ke RS akibat terjatuh dari panggung, sejumlah peralatan dan lighting juga rusak terkena semprotan air oleh panitia.
Diperoleh keterangan, Sandy terjatuh dari panggung akibat desakan puluhan penonton yang memenuhi panggung, bukan karena moshing atau sengaja melompat dari panggung seperti ditulis Bernas Senin (24/3).
Barikade (pagar besi batas panggung - penonton) juga berantakan akibat terdesak penonton ketika pertunjukan baru beberapa menit dimulai.
Menurut informasi yang diterima Bernas, Sandy baru diperbolehkan pulang oleh dokter RS Panti Rapih Yogya, tempatnya dirawat, Selasa sore kemarin.
Meski pertunjukan tetap berlanjut, namun suasana Sporthal Kridosono kacau dan kisruh sehingga suasana nyaris tak terkendali. Puluhan penonton dengan leluasa turut naik panggung, sehingga saat itu sulit dibedakan anta- ra musisi dan penonton. Hal itu jugalah yang menyebabkan kelompok Blusedo memilih tidak naik panggung karena pertimbangan keamanan.
Bentrok fisik antar kubu penonton aliran black metal dengan penonton penyuka punk juga beberapa kali terjadi. Suasana kian mencekam sehingga pe- nonton lain tampak ketakutan. Apalagi selama pentas berlangsung, Sporthal Kridosono saat itu hanya diterangi beberapa buah lampu TL. Informasi yang dikumpulkan Bernas, bentrok antar penggemar kubu musik di dalam gedung, masih berlanjut di luar gedung usai pentas.
Tidak terjaminKasus pentas rusuh yang sempat membuat keder penonton dan musisi itu, menurut sejumlah musisi Yogya merupakan kejadian yang patut disayangkan dan sangat memprihatinkan dunia musik Yogya. Menurut mereka, kejadian tersebut sebenarnya dapat dihindarkan andaikan penyelenggara mau bertindak lebih profesional dengan membuat skenario pertunjukan yang matang terutama masalah keamanan.
Pertemuan mendadak di Trax Studio itu, antara lain dihadiri oleh Dalin (Geronimo band), Tony (drumer Kaktus), Agust Marciano (musisi), Widi (Vokalis I Hate Mondays), Bagus jh(manajer Blusedo), Yan Kurnia (manajer GAS) dan Harsa (gitaris Nuance). Kecuali itu hadir juga wakil personel kelompok Legendar Gong, GAS dan beberapa orang wakil kelompok musik lain.
"Sebagai musisi, saya sangat malu, tersinggung dan dirugikan atas kejadian itu," ujar Widi vokalis I Hate Mondays yang malam itu tampil sebagai bintang tamu. Hal itu, menurut Widi, kecuali karena tidak adanya rasa aman dan hilangnya kebebasan berekspresi saat mereka main, juga karena panitia sama sekali tak ada perhatian terhadap para musisi.
Oleh Widi, panitia acara tersebut juga dinilai tidak konsekuen dengan apa yang dijanjikan dalam kontraknya. Menurutnya, dalam kontrak, panitia menjamin keamanan para musisi. "Tapi nyatanya, kami selalu was-was selama manggung karena puluhan penonton turut berdesak memenuhi panggung. Coba ba- gaimana kalau saat itu tiba-tiba kami ditusuk penonton yang tak suka musik kami," ujar Widi berapi-api.
Untuk itu, Tony yang juga pemilik Trax Studio berharap agar pada pelaksanaan pentas-pentas mendatang, panitia lebih jeli menyeleksi calon penonton. Minimal panitia harus menggeledah calon penonton sebelum masuk gedung. "Masa' sampai ada penonton yang lolos membawa rantai besi, botol dan paku-paku, apa nggak ngeri itu?" ujar Tony yang saat pentas itu sempat kena semprot saat memperkuat posisi drum untuk kelompok Angelies. Harsa, gitaris kelompok Nuance, sangat menyayangkan kekisruhan pentas itu yang menurutnya antara lain juga disebabkan oleh bercampurnya dua kubu musik, black metal dan punk. "Khan ngeri tuh... sampai ada pemain diludahi, direbut minumanya bahkan ada yang dipukul di atas panggung hanya gara-gara tak suka musik yang sedang dimainkan," ujarnya.
Menanggapi kejadian itu, Dalin yang juga dikenal sebagai Humas acara Ajang Musikal G-Indie, menyarankan agar di waktu-waktu mendatang, musisi Yogya agar lebih selektif dan jangan mudah tergiur untuk cepat-cepat teken kontrak manggung kalau tak jelas jaminan dari panitia.
"Sebagai musisi, sepantasnya kita dihargai oleh panitia penyeleng- gara, jangan sampai dirugikan. Semua kontrak harus dibuat jelas. Dan, jangan takut menolak tawaran pentas kalau tak jelas perjanjianya," ujar Dalin.
Dalin menambahkan, secara pribadi dirinya amat suka dengan munculnya promotor-promotor daerah yang mau memberikan ajang pentas musisi-musisi lokal. "Tapi ya.. jangan lantas memanfaatkan kita untuk sekadar mencari keuntungan saja," ucapnya.
Sementara itu, Yan Kurnia manajer kelompok GAS dengan tegas akan meminta pertanggung jawaban promotor acara ini. "Anggota kami sempat cidera gara-gara pentas itu, tapi dari panitia tidak ada perhatian sama sekali. Pertanggungjawaban yang kami maksud bukan berarti harus berujud materi, ta- pi lebih ke parhatian. Masa' dari panitia tidak ada yang menengok, ngaruhke Sandy saat ke rumah sakit," ujarnya.
Para musisi musa Yogya ini menghimbau para penggemar musik Yogya untuk turut menjaga keamanan saat pentas. Jangan mengkotak-kotakkan aliran musik, dan saling menghargai antar penggemar aliran musik yang ada. (mos)






Motherland Bangkit dari Kevakuman

Yogya, BernasGrup musik lokal Motherland, yang sudah setahun vakum beraktivitas, bertekad akan bangkit kembali dalam kancah musik. Momentum kemunculan grup yang semula mengusung aliran Rock and Roll, adalah tampil secara reguler di Pierre's Bar Hotel Radisson dalam event Friday The 60's, mulai Jumat (3/11) malam ini.
Bagus Jeha selaku manajer OTR kepada Bernas, Kamis (2/11), menjelaskan pada pemunculannya Motherland memang akan sedikit menggeser jenis aliran musiknya dari rock and roll ke sixties. "Meski demikian kami konsisten akan tetap mengusung bendera rock and roll dalam kesempatan ke depan," tuturnya.
Motherland didirikan 1 Juli 1997, dengan personil Okta (vokal), Andri (vokal, gitar), Indra (vokal, bas), Ariel (dram) Edi (keyboard) dan Toto (vokal, gitar).
Mereka sudah malang melintang dalam berbagai event di Yogyakarta maupun kota lain, termasuk menjadi band pembuka grup-grup ibukota. Motherland termasuk berpengalaman mengisi panggung di kafe-kafe kota Yogya.
Berkaitan dengan rencana ke depan, Bagus menyebutkan Motherland berharap bisa segera masuk ke dapur rekaman. "Untuk recording itu kami sudah menyiapkan sekitar 8 lagu. Lagu itu kami selesaikan berbarengan dengan masa vakum kami lalu," kata dia.
Sementara itu Gatot dari Radisson yang dihubungi Bernas menjelaskan event Friday The 60's yang diisi Motherland merupakan bagian komitmen Radisson untuk mengangkat band lokal untuk mengisi panggung Pierre's Bar. "Sedangkan tema sixties kami angkat karena kami ingin menjadi wadah mereka yang ingin bermemori dengan lagu-lagu enampuluhan. Termasuk mereka yang sudah jenuh dengan lagu-lagu Tp 40," jelasnya. Friday The 60's digelar tiap Jumat, mulai malam ini, pukul 21.00-24.00. (ado)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Info yang bagus !

Barangkali informasi mengenai "fobia kerusuhan" berikut, juga berguna bagi rekan rekan yang memerlukannya. Klik > Fobia Kerusuhan ?